Jumat, 24 Februari 2012

THE MAVERICK CEO

Inspirasi adalah pekerjaan hati, hanya orang yang berhati besar yang dapat memberikannya. Semakin besar kapasitasnya maka daya pancarnya akan semakin luas, kemudian menjadi bola salju, menular dan menimbulkan efek candu. Kapasitas hati akan meningkat bila kita menyediakan ruang yang cukup luas untuk menampung Tuhan, sesama mahkluk Tuhan dan semesta kita.


Beberapa tulisan ke depan saya akan coba menyajikan tulisan-tulisan mengenai seorang tokoh yang menjadi trending topic saat ini di Indonesia atau bahasa anak mudanya, tokoh yang lagi happening. Mungkin teman muda sudah bisa menebak namanya. Betul!! Dahlan Iskan. Tulisan yang saya sajikan di blog ini merupakan kutipan-kutipan dari sebuah buku yang di-editori oleh Ishadi SK (seorang tokoh yang luar biasa juga, insya Allah akan saya tulis juga kiprahnya pada kesempatan lain) dengan judul “INDONESIA, Habis Gelap Terbitlah Terang.

Tulisan pertama adalah tulisan yang datang dari Murtaqi Syamsudin. Kenapa Pak Murtaqi duluan?! Murtaqi Syamsudin adalah Direktur Bisnis dan Manajemen Resiko PT PLN (Persero) tempat kiprah dari seorang Dahlan Iskan sebelum dia menjadi Menteri BUMN. Saya anggap Pak Murtaqi adalah sosok yang tepat dan cukup dekat untuk meneliti dan mengambil contoh bagi kita generasi muda. Judul tulisannya sesuai dengan judul diatas. Silakan disimak!

Begitu selesai acara pelantikan direksi baru PT PLN di tahun 2009 dimana Dahlan Iskan menjadi CEO-nya. Satu pertanyaan yang dilontarkannya,”Apa yang paling menghambat kemajuan PLN?” Maka mengerucutlah pembicaraan itu kepada cara pengambilan keputusan oleh direksi berdasar pada surat edaran , yang intinya adalah keputusan bisa memakan waktu yang sangat panjang dan lama dan ada keputusan yang kurang penting harus diputuskan jajaran direksi. Tidak sampai satu jam rapat, terbitlah keputusan untuk membatalkan surat edaran tersebut dan menyusun pola pengambilan keputusan yang baru.

Minggu pertama 2010, Dahlan langsung mencari solusi maalah pemadaman listrik bergilir khususnya di Luar Jawa dengan menugaskan Direktur Operasi Indonesia Barat dan Timur untuk mengambil langkah dan berkeliling ke semua kota yang mengalami pemadaman, ”Jangan pulang ke Jakarta sebelum ada kepastian pemulihan pemadaman itu”. Seloroh Dahlan kepada keduanya. 2 (dua) minggu kemudian dengan mantap Dahlan berkata bahwa pada Juni 2011 masalah pemadaman listrik di luar Jawa akan dapat teratasi. Paralel dengan aksi pemulihan diluar Jawa, perbaikan juga dilakukan di Jakarta dengan penambahan trafo-trafo berkapasitas besar.

Ada dua hal yang menjadi perhatian Dahlan PLN terkait PLN, pertama soal pemadaman dan yang kedua adalah ineffisiensi serta korupsi. Karena itu Dahlan mengimbau agar seluruh pengadaan barang dan jasa di PLN dilakukan tanpa dikotori praktik korupsi dan konflik kepentingan. Langkahnya kemudian adalah mengajak para anak buahnya ditataran manajemen puncak untuk berkunjung ke KPK dan melaporkan harta kekayaannya. Setelah itu mengunjungi BPK dan mengatakan bahwa kapan saja BPK dapat mengakses secara online seluruh transaksi keuangan PLN.

Pada Juli 2010, upaya Dahlan mengatasi pemadaman di Luar Jawa sudah membuahkan hasil sesuai yang dijanjikan. Penambahan sebagian trafo-trafo besar di Jakarta juga telah selesai. Dalam satu kesempatan, ketika ada salah satu karyawan mengusulkan agar setelah pemadaman bergilir selesai diatasi maka PLN dapat mempermudah proses penyambungan listrik, ditangkap secara positif oleh Dahlan dan kemudian dioleh menjadi Gerakan Sehari Sejuta Sambungan.

Gerakan itu berbuah positif, karyawan PLN kembali percaya diri setelah sekian lama dihujat karena seringnya terjadi pemadaman dan sulitnya masyarakat mendapat penyambungan.

Bekerja bersama Dahlan Iskan dan jajaran direksi lain sangat menyenangkan. Arah yang dituju korporasi sangat jelas. Sebagai CEO, Dahlan mampu memacu kerja keras dengan sangat cepat. Namun Dahlan tidak kehilangan kehangatan. Dalam rapat direksi, Dahlan sering membagikan pisang goreng atau makanan kecil hasil masakan istrinya di rumah. Dahlan juga sering melotarkan guyonan segar yang mengendorkan urat syaraf. Tak jarang pula mengajak direksi yang lain untuk makan siang bersama sambil mengobrol santai. Gaya personal Dahlan yang hangat, informal, tanpa protokoler, lucu, lugas dan apa adanya telah sangat membantu dalam mengantarnya menjadi CEO yang efektif dan mendorong perubahan di PLN.
(Dikutip dari tulisan Murtaqi Syamsudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar