Rabu, 22 Februari 2012

Belajar Pada Keunggulan Manajerial

Persiapan dan pengelolaan data, layanan prima dan pemberdayaan SDM merupakan kunci sukses perubahan. Maka diperlukan insan-insan kuat dengan mental unggul untuk dapat mempengaruhi dan mengubah tatanan masyarakat dan organisasi menjadi lebih baik.
Salah satu masjid yang paling unik dan menarik di Indonesia adalah Masjid Jogokariyan. Jangan berpikir salah dengan istilah unik. Bukan karena arsitekturnya, bukan pula karena letaknya atau dekorasinya tapi masjid ini unik dan menarik karena cara pengelolaan dan bagaimana lingkungannya memaknai kehadirannya. Dibangun pada tahun 1967, kemudian dikelola oleh Ustadz Jazir dengan kerangka berpikir berdasar pada data bahwa dari begitu banyak masjid di Indonesia (kurang lebih sekitar 1 juta di era 90-an) berapa banyak yang mampu memberdayakan masyarakat dibanding menjadi beban, pasti kita sepakat mayoritas masjid di Indonesia menjadi beban bagi lingkungannya. Dengan beralamat di Jl. Jogokariyan 36 (Plengkung Gading ke selatan jelang krapyak belok ke timur) masjid ini telah berubah menjadi basis reformasi lingkungan disekitarnya maka tidak heran banyak pihak dari dalam maupun luar negeri yang telah melakukan studi banding. Ustadz Jazir memulai pengelolaan Masjid ini dengan 3 langkah yaitu : melakukan pengelolaan database, pelayanan dan pemberdayaan. Sungguh modern! Pengelolaan database berupa data jumlah muslim di sekitar masjid kemudian berapa orang yang telah melakukan sholat berjamaah, selain itu ada juga data-data lain menyangkut data kependudukannya, data sosialnya, pekerjaannya dan sebagaimya. Data tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai basis pemetaan. Bagaimana caranya? Dengan jalan sensus masjid! Lambat laun dengan dicampur dengan treatment ruhani maka sebagian besar muslim ikut berpartisipasi dalam sholat berjamaah. Misalnya pada tahun 2000 warga yang belum sholat berjamaah ada 127 orang kemudian pada tahun 2010 angka itu menurun menjadi hanya 17 orang saja. Data pemetaannya pun sangat canggih dengan menggunakan peta yang berwarna dan ikonik misal ikon ka’bah (sudah berhaji), unta (sudah berkurban), koin (sudah berzakat), dll.
Yang uniknya lagi pada tahun 2004 pernah dibuat undangan layaknya undangan pernikahan untuk ajakan mengikuti sholat shubuh berjamaah, hasilnya adalah banyaknya pelaku sholat Shubuh berjamaah layaknya sepertiga Jumatan.
Keunikan lain adalah apabila Masjid lain dengan bangga mengumumkan saldonya yang bernilai jutaan maka khusus untuk masjid Jogokariyan saldo infaq diusahakan nilainya nol. Esensinya apa? akan sangat menyakitkan apabila ada saldo masjid bernilai jutaan padahal tetangga disekitarnya ada yang ditimpa kesulitan biaya. Hal lainnya adalah inisiasi gerakan jamaah mandiri dimana jamaah diajak untuk membiayai tempat ibadahnya sendiri. Gerakan ini sukses menaikkan infaq pekanan sampai 400% karena rata-rata jamaah akan malu apabila ibadahnya sendiri di subsidi orang lain. Infaq tersebut kemudian digunakan untuk biaya pemeliharaan tempat ibadah. (Dikompilasi dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar