Rabu, 22 Februari 2012

Belajar Pada Kebesaran Hati

Diantara berbagai keterbatasan yang ada, figur seorang inspirator mampu menembusnya dengan sumber daya yang dimilikinya kemudian menginspirasi lingkungannya dan menumbuhkan pahlawan-pahlawan baru. Begitulah inspirasi, muncul disaat dunia semakin langka dengan ketauladanan

Terkadang pada saat kita menemui masalah dan rintangan yang menurut kita berat maka kita berdalih dengan berbagai alasan keterbatasan yang ada pada diri kita. Alat ngga lengkap, ngga ada duit, ngga ada waktu, ngga ada yang bantuin dan lain sebagainya. Mungkin yang salah bukan keterbatasan itu tapi kita yang membuat batasan. Merasa diri kerdil padahal kita punya kapasitas yang besar. Merasa diri lemah padahal punya kekuatan luar biasa. Merasa diri bodoh padahal punya kapasitas otak super hebat. Toh pada akhirnya kadang kita terjebak pada kotak imajinasi kita yang akan menghambat kita mengeluarkan potensi terbaik yang kita miliki. Ingat sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain dan lingkungannya. Saya jadi teringat satu orang sosok manusia yang sangat menginspirasi, dari kecil sampai sekarang sosoknya tidak terlupakan. Ketika diceritakan di media televisi yang pada saat itu masih satu-satunya saya terpukau, beliau adalah seorang peraih kalpataru seorang wanita paruh baya. Namanya Eroh atau biasa disapa dengan panggilan Mak Eroh (hati-hati lho jangan sampe salah, konotasinya bisa berbeda). Mungkin bagi teman muda yang sezaman dengan saya pasti kenal dengan namanya (tua amat kesannya ya. hehehe). Mungkin bagi sebagian kita jasa beliau tidak sehebat Thomas Alfa Edison, James Watt atau Newton, tetapi coba tanyakan jasa beliau pada warga desa sekitar Kampung Pasirkadu Desa Sontamekar Kota Tasikmalaya pasti mereka akan sangat bangga terhadap Mak Eroh ini. Nah terus pertanyaannya sehebat apa ya? Mak Eroh seperti yang ditulis diawal tadi hanya seorang wanita paruh baya, pendidikan terakhirnya kelas 3 Sekolah Rakyat atau dalam terminologi sekarang adalah Sekolah Dasar. Beliau mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 1988 atas jasanya yang besar terhadap lingkungannya berupa ikut memakmurkan warganya dengan limpahan air yang dia peroleh dengan “membuka” lahan berupa hutan, 8 bukit dan rintangan alam lainnya sejauh kurang lebih 5 km dengan kedalaman 1,75 m dengan menggunakan alat-alat sederhana cangkul dua buah, sekop sebanyak 4 buah, yang dibeli sendiri dengan menyisihkan uang penjualan ‘jamur kuping”, ditambah dengan golok, sabit, linggis pinjam tetangga dan tenaga bantuan yang terbatas dalam tempo 2 tahun. Bukit yang dibobol adalah Pasir Pasinutung, Pasir Pondoklegok, Pasir Kereteg, Pasir Leutik, Pasir Ciharuman, Pasir Cicurug, Pasir Lulumpang, dan Pasirkadu.
Awal kisahnya adalah ketika beliau membuat saluran sepanjang 50 meter, dengan bermodalkan peralatan gali yang sederhana dan seutas tali rotan yang dia gantungkan dibadannya untuk memapras bukit cadas. Dianggap “orang gila” ketika melaporkan pekerjaannya kepada Ketua RT. Tetapi karena pembuktian yang telah dilakukannya itu maka banyak pemuda yang tergerak hatinya untuk membantunya dalam proyek keduanya yang lebih jauh lagi sepanjang 5 km, walau banyak diantara pemuda itu juga yang berhenti. Semua halangan tidak menyurutkan usaha keras Mak Eroh. Berdasar ketulusan dan kegigihannya Mak Eroh parit sepanjang 5 kilometer itu mampu mengairi 200 hektare sawah dan 300 kolam ikan dengan debit air 5 m3/detik. Kekuatan tekadnya berhasil mewujudkan mimpi dan cita-citanya.
(Dikompilasi dari berbagai sumber)

2 komentar:

  1. Sangat inspiratif om brian...

    Salam kenal :P

    Happy blogging!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trima kasih . Baru ngeblog lagi nih internet down cukup lama. Please read the other topics.

      Hapus